šŸ“š SIRAH NABI 4: GARIS NASAB NABI MUHAMMAD ļ·ŗ

šŸ”…  Nama lengkap Nabi Muhammad ļ·ŗ adalah Muhammad bin ā€˜Abdullāh bin ā€˜Abdil Muththalib bin Hāsyim bin ā€˜Abdi Manaf bin Qushay bin Kilāb.

Qushay
ini adalah orang pertama dari kakek moyang Nabi yang mengumpulkan kaum Quraisy untuk berkumpul di kota Mekkah demi menyusun kembali kekuatan.

Mereka adalah keturunan Nabi Ismāā€™Ä«l ā€˜alayhissalām yang tersebar, kemudian dikumpulkan oleh kakek moyang mereka yaitu Qushay bin Kilāb.

Setelah mereka memiliki kekuatan yang mamadai, dengan dibantu oleh Qudhaā€™ah maka mereka mulai menyerang Bani Khuzaā€™ah untuk merebut kembali Kaā€™bah.
Karena sebenarnya yang berhak menguasai Kaā€™bah adalah keturunan Nabi Ismāā€™Ä«l ā€˜alayhissalām.

āž– Bukankah Jurhum ketika pertama kali menemui Hajar, pada saat itu Hajar lah yang menguasai zamzam?
āž– Bukankah yang membangun Kaā€™bah adalah Nabi Ismaā€™il yang merupakan nenek moyang suku Quraisy ā€“sebagaimana telah lalu-?
Oleh karena itu, sebenarnya yang berhak menguasai Makkah adalah anak-anak keturunan Ismāā€™Ä«l ā€˜alayhissalām yaitu Quraisy.

šŸ”…  Akhirnya mereka pun menyerang Khuzaā€™ah dan berhasil mengalahkan mereka. Maka semenjak saat itu, kepengurusan Mekkah beserta Kaā€™bah dipegang oleh orang-orang Quraisy yang dipimpin oleh Qushay bin Kilāb.

Setelah itu Qushay bin Kilab membagi kepengurusan Kaā€™bah dalam scope yang lebih kecil

ā–Ŗ  ada bagian siqoyah (yang bertugas memberi minuman kepada jamaā€™ah haji)
ā–Ŗ  rifadah (yang bertugas memberi makanan kepada jamaā€™ah haji)
ā–Ŗ  hijabah (yang bertugas menentukan waktu penutupan Kaā€™bah dengan Kiswah dan kapan Kaā€™bah dibuka pintunya)
ā–Ŗ  dan liwāā€™ (yang memegang kepemimpinan di dalam peperangan).
Qushay membagi kepengurusan Kaā€™bah ini kepada anak-anaknya.

šŸ”…  Qushay bin Kilab memiliki 4 orang anak ā€˜Abduddār,
ā€˜Abdu Manāf (kakek Nabi shallallāhu ā€˜alayhi wa sallam), ā€˜Abdusysyams dan ā€˜Abdul ā€˜Uzza. Saat Qushay bin Kilab telah mencapai masa tua, dia pun memberikan kepengurusan kepada anaknya yang tertua yaitu ā€˜Abduddār.

šŸ”…  Setelah ā€˜Abduddār meninggal dunia, terjadi perselisihan diantara anak-anak ā€˜Abduddār dan anak-anak ā€˜Abd Manaf.
Mereka terpecah menjadi 2 kubu,
yaitu kubu yang mendukung anak-anak ā€˜Abduddār dan kubu yang mendukung anak-anak ā€˜Abdu Manaf.


šŸ”…  Bahkan mereka saling membuat sekutu, dan saling bersumpah.
ā–Ŗ Diantara mereka ada yang mengadakan sumpah setia yang kemudian disebut Halful MuthayyabÄ«n, yaitu dari anak-anak ā€˜Abdu Manaf. Dikatakan demikian karena mereka berkumpul dan mencelupkan tangan mereka di sebuah tempat yang berisi minyak wangi, sehingga mereka dikenal dengan sebutan al-MuthayyabÄ«n (yang wangi), dimana mereka bersumpah untuk melawan saudara-saudara mereka sendiri.

ā–Ŗ  Sementara anak-anak ā€˜Abduddār bersama sekutunya juga bersumpah dengan cara yang sama, namun bukan dengan cara mencelupkan tangan ke minyak wangi, melainkan ke darah.

šŸ”…  Mereka meyakini bahwa kepengurusan terhadap Kaā€™bah adalah perkara yang mulia. Sejak dahulu mereka mengagungkan Kaā€™bah. Mereka rela mengeluarkan uang dan harta, bukan sebaliknya dengan mengambil uang dan harta dari pengelolaan Kaā€™bah.

Mereka mengeluarkan uang untuk memberi makan dan minum kepada jamaā€™ah haji, dan ini adalah suatu kebanggaan bagi mereka. Bahkan mereka rela berperang dan saling membunuh demi memperoleh kebanggaan ini. Dan ini terjadi sudah sejak zaman dahulu.

Perselisihan ini pun akhirnya mereda dan merekapun akhirnya berdamai. Lalu mereka membuat kesepakatan pembagian tugas menjadi dua, yaitu :

1    Bagian rifadah dan siqayah (memberi makanan dan minuman) diberikan kepada Bani ā€˜Abdi Manaf.
2    Bagian peperangan, liwaā€™, dan hijabah serta kunci Kaā€™bah diserahkan kepada Bani ā€˜Abduddār.

šŸ”…  Abd Manaf punya 4 orang anak yaitu Hāsyim, Al-Muttholib, ā€˜Abdusysyams dan Naufal. Hāsyim putra sulung ā€˜Abdu Manaf (kakeknya Nabi), dialah yang memegang siqayah dan rifadah.

āž–  Dia terkenal sebagai orang yang bertanggung jawab memberi makanan dan minuman bagi jamaah haji. Hāsyim terkenal sebagai orang yang sangat baik dan dermawan.

Beliau dikenal dengan panggilan Hasyim, karena namanya diambil dari Ł„ŁŁ‡ŁŽŲ“Ł’Ł…ŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŲØŁ’Ų²ŁŽ ā€œmemecahkan rotiā€ untuk dibagikan kepada jamaā€™ah haji.

āž–  Diantara kisahnya yaitu suatu hari beliau pergi ke negeri Syam untuk berdagang, namun beliau mampir ke kota Madinah terlebih dahulu. Di Madinah beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama Salma binti ā€˜Amr dari bani ā€˜Adiy bin an-Najjaar, lalu tinggal di Madinah beberapa waktu.
Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan menuju negeri Syam, dan ternyata istrinya yaitu Salma dalam kondisi mengandung.  Hasyim akhirnya meninggal di kota Gozzah di Palestina, dan Salma melahirkan putranya yang bernama Syaibah, karena ada syaibah (uban) di kepalanya. Maka tumbuhlah Syaibah di Yatsrib (Madinah) tanpa sepengatahuan paman-pamannya (saudara-saudara Hasyim).

Setelah Hāsyim meninggal maka pengurusan rifadah dan siqoyah berpindah kepada saudaranya Al-Muttholib. Dan Al-Muttholib juga dikenal sangat dermawan sehingga ia diberi gelar dengan Fayyadh (yang mengalir darinya kebaikan-kebaikan).

Setelah beberapa tahun, Al-Muttholib mendengar tentang keponakannya -yaitu Syaibah bin Hasyim- yang ada di Yatsrib. Ia pun mencari keponakannya untuk dibawa pulang ke Mekah. Tatkala Al-Muttholib melihat Syaibah, ia sedih dan menangis. Lalu ia hendak membawanya ke Mekah, tetapi Syaibah tidak mau sampai dia meminta izin kepada ibunya. Ibunya tidak mengizinkan hingga akhirnya Al-Muttholib membujuknya dan berkata bahwa Syaibah hendak pergi ke kekuasaan ayahnya (Hasyim), akhirnya ibunya pun mengizinkan.
Tatkala Al-Muttholib masuk ke kota Mekah sambil membonceng Syaibah di atas ontanya,
orang-orang Mekah pun berkata kepada Syaibah

     ā€œini adalah Abdul Muttholib (budaknya Al-Muttholib)ā€,

karena menyangka bahwa Syaibah adalah budaknya Al-Muttholib. Maka Al-Muttholib berkata,

     ā€œCelaka kalian, ini adalah putra saudaraku Hasyimā€. Setelah Al-Muttholib meninggal dunia, tanggung jawab ini (siqoyah dan rifadah) diteruskan kepada Abdul Muttholib (syaibah) bin Hasyim. (Lihat ar-Rohiiq al-Makhthuum 40-41).

šŸ”…  Abdul Muttholib adalah kakek Nabi shallallāhu ā€˜alayhi wa sallam. Setelah ā€˜Abdul Muttholib meninggal dunia, tugasnya pun diserahkan kepada anaknya, yaitu Al-ā€˜Abbas bin ā€˜Abdil Muththalib (paman Nabi shallallāhu ā€˜alayhi wa sallam).


šŸ“š Sumber: Firanda.com
šŸ–Š Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja

āœ’ Sumber: mulia dengan sunnah
Editor & Repost by:
Grup Kajian Islam Ilmiah,

"THE GHUROBA"

Berbagi faedah ilmu syar'i, info kajian  Nusantara & Manca Negara.
šŸ“¹ video dan audio streaming,
---------------------------------
https://www.instagram.com/the.ghuroba/
-------------------------
https://m.facebook.com/PalembangMengaji/
-----------------------
https://m.youtube.com/channel/UCW-4tOwjHOgmxY0PGfqktRQ
----------------------ā€”ā€”ā€”ā€”
Silahkan disebarluaskan tanpa merubah isinya...semoga menjadi ladang amal jariyah bagi kita, barakallahu fiikum.
-------------------------
#payoongaji
#dakwahtauhid
#theghuroba
#berbagiilmusyar'i
#berilmubaruberamal

Comments

Popular posts from this blog

PERDEBATAN ANTARA GOLONGAN TUA DAN MUDA MENJELANG PROKLAMASI

BEDA TERM, LRT, MRT DAN MONOREL

POKOK-POKOK FILSAFAT MATERIALISME DIALEKTIKA HISTORIS