š SIRAH NABI 4: GARIS NASAB NABI MUHAMMAD ļ·ŗ
š
Nama lengkap Nabi Muhammad ļ·ŗ adalah Muhammad bin āAbdullÄh bin āAbdil Muththalib bin HÄsyim bin āAbdi Manaf bin Qushay bin KilÄb.
Qushay
ini adalah orang pertama dari kakek moyang Nabi yang mengumpulkan kaum Quraisy untuk berkumpul di kota Mekkah demi menyusun kembali kekuatan.
Mereka adalah keturunan Nabi IsmÄāÄ«l āalayhissalÄm yang tersebar, kemudian dikumpulkan oleh kakek moyang mereka yaitu Qushay bin KilÄb.
Setelah mereka memiliki kekuatan yang mamadai, dengan dibantu oleh Qudhaāah maka mereka mulai menyerang Bani Khuzaāah untuk merebut kembali Kaābah.
Karena sebenarnya yang berhak menguasai Kaābah adalah keturunan Nabi IsmÄāÄ«l āalayhissalÄm.
ā Bukankah Jurhum ketika pertama kali menemui Hajar, pada saat itu Hajar lah yang menguasai zamzam?
ā Bukankah yang membangun Kaābah adalah Nabi Ismaāil yang merupakan nenek moyang suku Quraisy āsebagaimana telah lalu-?
Oleh karena itu, sebenarnya yang berhak menguasai Makkah adalah anak-anak keturunan IsmÄāÄ«l āalayhissalÄm yaitu Quraisy.
š Akhirnya mereka pun menyerang Khuzaāah dan berhasil mengalahkan mereka. Maka semenjak saat itu, kepengurusan Mekkah beserta Kaābah dipegang oleh orang-orang Quraisy yang dipimpin oleh Qushay bin KilÄb.
Setelah itu Qushay bin Kilab membagi kepengurusan Kaābah dalam scope yang lebih kecil
āŖ ada bagian siqoyah (yang bertugas memberi minuman kepada jamaāah haji)
āŖ rifadah (yang bertugas memberi makanan kepada jamaāah haji)
āŖ hijabah (yang bertugas menentukan waktu penutupan Kaābah dengan Kiswah dan kapan Kaābah dibuka pintunya)
āŖ dan liwÄā (yang memegang kepemimpinan di dalam peperangan).
Qushay membagi kepengurusan Kaābah ini kepada anak-anaknya.
š Qushay bin Kilab memiliki 4 orang anak āAbduddÄr,
āAbdu ManÄf (kakek Nabi shallallÄhu āalayhi wa sallam), āAbdusysyams dan āAbdul āUzza. Saat Qushay bin Kilab telah mencapai masa tua, dia pun memberikan kepengurusan kepada anaknya yang tertua yaitu āAbduddÄr.
š Setelah āAbduddÄr meninggal dunia, terjadi perselisihan diantara anak-anak āAbduddÄr dan anak-anak āAbd Manaf.
Mereka terpecah menjadi 2 kubu,
yaitu kubu yang mendukung anak-anak āAbduddÄr dan kubu yang mendukung anak-anak āAbdu Manaf.
š Bahkan mereka saling membuat sekutu, dan saling bersumpah.
āŖ Diantara mereka ada yang mengadakan sumpah setia yang kemudian disebut Halful MuthayyabÄ«n, yaitu dari anak-anak āAbdu Manaf. Dikatakan demikian karena mereka berkumpul dan mencelupkan tangan mereka di sebuah tempat yang berisi minyak wangi, sehingga mereka dikenal dengan sebutan al-MuthayyabÄ«n (yang wangi), dimana mereka bersumpah untuk melawan saudara-saudara mereka sendiri.
āŖ Sementara anak-anak āAbduddÄr bersama sekutunya juga bersumpah dengan cara yang sama, namun bukan dengan cara mencelupkan tangan ke minyak wangi, melainkan ke darah.
š Mereka meyakini bahwa kepengurusan terhadap Kaābah adalah perkara yang mulia. Sejak dahulu mereka mengagungkan Kaābah. Mereka rela mengeluarkan uang dan harta, bukan sebaliknya dengan mengambil uang dan harta dari pengelolaan Kaābah.
Mereka mengeluarkan uang untuk memberi makan dan minum kepada jamaāah haji, dan ini adalah suatu kebanggaan bagi mereka. Bahkan mereka rela berperang dan saling membunuh demi memperoleh kebanggaan ini. Dan ini terjadi sudah sejak zaman dahulu.
Perselisihan ini pun akhirnya mereda dan merekapun akhirnya berdamai. Lalu mereka membuat kesepakatan pembagian tugas menjadi dua, yaitu :
1 Bagian rifadah dan siqayah (memberi makanan dan minuman) diberikan kepada Bani āAbdi Manaf.
2 Bagian peperangan, liwaā, dan hijabah serta kunci Kaābah diserahkan kepada Bani āAbduddÄr.
š Abd Manaf punya 4 orang anak yaitu HÄsyim, Al-Muttholib, āAbdusysyams dan Naufal. HÄsyim putra sulung āAbdu Manaf (kakeknya Nabi), dialah yang memegang siqayah dan rifadah.
ā Dia terkenal sebagai orang yang bertanggung jawab memberi makanan dan minuman bagi jamaah haji. HÄsyim terkenal sebagai orang yang sangat baik dan dermawan.
Beliau dikenal dengan panggilan Hasyim, karena namanya diambil dari ŁŁŁŁŲ“ŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲØŁŲ²Ł āmemecahkan rotiā untuk dibagikan kepada jamaāah haji.
ā Diantara kisahnya yaitu suatu hari beliau pergi ke negeri Syam untuk berdagang, namun beliau mampir ke kota Madinah terlebih dahulu. Di Madinah beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama Salma binti āAmr dari bani āAdiy bin an-Najjaar, lalu tinggal di Madinah beberapa waktu.
Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan menuju negeri Syam, dan ternyata istrinya yaitu Salma dalam kondisi mengandung. Hasyim akhirnya meninggal di kota Gozzah di Palestina, dan Salma melahirkan putranya yang bernama Syaibah, karena ada syaibah (uban) di kepalanya. Maka tumbuhlah Syaibah di Yatsrib (Madinah) tanpa sepengatahuan paman-pamannya (saudara-saudara Hasyim).
Setelah HÄsyim meninggal maka pengurusan rifadah dan siqoyah berpindah kepada saudaranya Al-Muttholib. Dan Al-Muttholib juga dikenal sangat dermawan sehingga ia diberi gelar dengan Fayyadh (yang mengalir darinya kebaikan-kebaikan).
Setelah beberapa tahun, Al-Muttholib mendengar tentang keponakannya -yaitu Syaibah bin Hasyim- yang ada di Yatsrib. Ia pun mencari keponakannya untuk dibawa pulang ke Mekah. Tatkala Al-Muttholib melihat Syaibah, ia sedih dan menangis. Lalu ia hendak membawanya ke Mekah, tetapi Syaibah tidak mau sampai dia meminta izin kepada ibunya. Ibunya tidak mengizinkan hingga akhirnya Al-Muttholib membujuknya dan berkata bahwa Syaibah hendak pergi ke kekuasaan ayahnya (Hasyim), akhirnya ibunya pun mengizinkan.
Tatkala Al-Muttholib masuk ke kota Mekah sambil membonceng Syaibah di atas ontanya,
orang-orang Mekah pun berkata kepada Syaibah
āini adalah Abdul Muttholib (budaknya Al-Muttholib)ā,
karena menyangka bahwa Syaibah adalah budaknya Al-Muttholib. Maka Al-Muttholib berkata,
āCelaka kalian, ini adalah putra saudaraku Hasyimā. Setelah Al-Muttholib meninggal dunia, tanggung jawab ini (siqoyah dan rifadah) diteruskan kepada Abdul Muttholib (syaibah) bin Hasyim. (Lihat ar-Rohiiq al-Makhthuum 40-41).
š Abdul Muttholib adalah kakek Nabi shallallÄhu āalayhi wa sallam. Setelah āAbdul Muttholib meninggal dunia, tugasnya pun diserahkan kepada anaknya, yaitu Al-āAbbas bin āAbdil Muththalib (paman Nabi shallallÄhu āalayhi wa sallam).
š Sumber: Firanda.com
š Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
ā Sumber: mulia dengan sunnah
Editor & Repost by:
Grup Kajian Islam Ilmiah,
"THE GHUROBA"
Berbagi faedah ilmu syar'i, info kajian Nusantara & Manca Negara.
š¹ video dan audio streaming,
---------------------------------
https://www.instagram.com/the.ghuroba/
-------------------------
https://m.facebook.com/PalembangMengaji/
-----------------------
https://m.youtube.com/channel/UCW-4tOwjHOgmxY0PGfqktRQ
----------------------āāāā
Silahkan disebarluaskan tanpa merubah isinya...semoga menjadi ladang amal jariyah bagi kita, barakallahu fiikum.
-------------------------
#payoongaji
#dakwahtauhid
#theghuroba
#berbagiilmusyar'i
#berilmubaruberamal
Qushay
ini adalah orang pertama dari kakek moyang Nabi yang mengumpulkan kaum Quraisy untuk berkumpul di kota Mekkah demi menyusun kembali kekuatan.
Mereka adalah keturunan Nabi IsmÄāÄ«l āalayhissalÄm yang tersebar, kemudian dikumpulkan oleh kakek moyang mereka yaitu Qushay bin KilÄb.
Setelah mereka memiliki kekuatan yang mamadai, dengan dibantu oleh Qudhaāah maka mereka mulai menyerang Bani Khuzaāah untuk merebut kembali Kaābah.
Karena sebenarnya yang berhak menguasai Kaābah adalah keturunan Nabi IsmÄāÄ«l āalayhissalÄm.
ā Bukankah Jurhum ketika pertama kali menemui Hajar, pada saat itu Hajar lah yang menguasai zamzam?
ā Bukankah yang membangun Kaābah adalah Nabi Ismaāil yang merupakan nenek moyang suku Quraisy āsebagaimana telah lalu-?
Oleh karena itu, sebenarnya yang berhak menguasai Makkah adalah anak-anak keturunan IsmÄāÄ«l āalayhissalÄm yaitu Quraisy.
š Akhirnya mereka pun menyerang Khuzaāah dan berhasil mengalahkan mereka. Maka semenjak saat itu, kepengurusan Mekkah beserta Kaābah dipegang oleh orang-orang Quraisy yang dipimpin oleh Qushay bin KilÄb.
Setelah itu Qushay bin Kilab membagi kepengurusan Kaābah dalam scope yang lebih kecil
āŖ ada bagian siqoyah (yang bertugas memberi minuman kepada jamaāah haji)
āŖ rifadah (yang bertugas memberi makanan kepada jamaāah haji)
āŖ hijabah (yang bertugas menentukan waktu penutupan Kaābah dengan Kiswah dan kapan Kaābah dibuka pintunya)
āŖ dan liwÄā (yang memegang kepemimpinan di dalam peperangan).
Qushay membagi kepengurusan Kaābah ini kepada anak-anaknya.
š Qushay bin Kilab memiliki 4 orang anak āAbduddÄr,
āAbdu ManÄf (kakek Nabi shallallÄhu āalayhi wa sallam), āAbdusysyams dan āAbdul āUzza. Saat Qushay bin Kilab telah mencapai masa tua, dia pun memberikan kepengurusan kepada anaknya yang tertua yaitu āAbduddÄr.
š Setelah āAbduddÄr meninggal dunia, terjadi perselisihan diantara anak-anak āAbduddÄr dan anak-anak āAbd Manaf.
Mereka terpecah menjadi 2 kubu,
yaitu kubu yang mendukung anak-anak āAbduddÄr dan kubu yang mendukung anak-anak āAbdu Manaf.
š Bahkan mereka saling membuat sekutu, dan saling bersumpah.
āŖ Diantara mereka ada yang mengadakan sumpah setia yang kemudian disebut Halful MuthayyabÄ«n, yaitu dari anak-anak āAbdu Manaf. Dikatakan demikian karena mereka berkumpul dan mencelupkan tangan mereka di sebuah tempat yang berisi minyak wangi, sehingga mereka dikenal dengan sebutan al-MuthayyabÄ«n (yang wangi), dimana mereka bersumpah untuk melawan saudara-saudara mereka sendiri.
āŖ Sementara anak-anak āAbduddÄr bersama sekutunya juga bersumpah dengan cara yang sama, namun bukan dengan cara mencelupkan tangan ke minyak wangi, melainkan ke darah.
š Mereka meyakini bahwa kepengurusan terhadap Kaābah adalah perkara yang mulia. Sejak dahulu mereka mengagungkan Kaābah. Mereka rela mengeluarkan uang dan harta, bukan sebaliknya dengan mengambil uang dan harta dari pengelolaan Kaābah.
Mereka mengeluarkan uang untuk memberi makan dan minum kepada jamaāah haji, dan ini adalah suatu kebanggaan bagi mereka. Bahkan mereka rela berperang dan saling membunuh demi memperoleh kebanggaan ini. Dan ini terjadi sudah sejak zaman dahulu.
Perselisihan ini pun akhirnya mereda dan merekapun akhirnya berdamai. Lalu mereka membuat kesepakatan pembagian tugas menjadi dua, yaitu :
1 Bagian rifadah dan siqayah (memberi makanan dan minuman) diberikan kepada Bani āAbdi Manaf.
2 Bagian peperangan, liwaā, dan hijabah serta kunci Kaābah diserahkan kepada Bani āAbduddÄr.
š Abd Manaf punya 4 orang anak yaitu HÄsyim, Al-Muttholib, āAbdusysyams dan Naufal. HÄsyim putra sulung āAbdu Manaf (kakeknya Nabi), dialah yang memegang siqayah dan rifadah.
ā Dia terkenal sebagai orang yang bertanggung jawab memberi makanan dan minuman bagi jamaah haji. HÄsyim terkenal sebagai orang yang sangat baik dan dermawan.
Beliau dikenal dengan panggilan Hasyim, karena namanya diambil dari ŁŁŁŁŲ“ŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲØŁŲ²Ł āmemecahkan rotiā untuk dibagikan kepada jamaāah haji.
ā Diantara kisahnya yaitu suatu hari beliau pergi ke negeri Syam untuk berdagang, namun beliau mampir ke kota Madinah terlebih dahulu. Di Madinah beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama Salma binti āAmr dari bani āAdiy bin an-Najjaar, lalu tinggal di Madinah beberapa waktu.
Setelah itu beliau melanjutkan perjalanan menuju negeri Syam, dan ternyata istrinya yaitu Salma dalam kondisi mengandung. Hasyim akhirnya meninggal di kota Gozzah di Palestina, dan Salma melahirkan putranya yang bernama Syaibah, karena ada syaibah (uban) di kepalanya. Maka tumbuhlah Syaibah di Yatsrib (Madinah) tanpa sepengatahuan paman-pamannya (saudara-saudara Hasyim).
Setelah HÄsyim meninggal maka pengurusan rifadah dan siqoyah berpindah kepada saudaranya Al-Muttholib. Dan Al-Muttholib juga dikenal sangat dermawan sehingga ia diberi gelar dengan Fayyadh (yang mengalir darinya kebaikan-kebaikan).
Setelah beberapa tahun, Al-Muttholib mendengar tentang keponakannya -yaitu Syaibah bin Hasyim- yang ada di Yatsrib. Ia pun mencari keponakannya untuk dibawa pulang ke Mekah. Tatkala Al-Muttholib melihat Syaibah, ia sedih dan menangis. Lalu ia hendak membawanya ke Mekah, tetapi Syaibah tidak mau sampai dia meminta izin kepada ibunya. Ibunya tidak mengizinkan hingga akhirnya Al-Muttholib membujuknya dan berkata bahwa Syaibah hendak pergi ke kekuasaan ayahnya (Hasyim), akhirnya ibunya pun mengizinkan.
Tatkala Al-Muttholib masuk ke kota Mekah sambil membonceng Syaibah di atas ontanya,
orang-orang Mekah pun berkata kepada Syaibah
āini adalah Abdul Muttholib (budaknya Al-Muttholib)ā,
karena menyangka bahwa Syaibah adalah budaknya Al-Muttholib. Maka Al-Muttholib berkata,
āCelaka kalian, ini adalah putra saudaraku Hasyimā. Setelah Al-Muttholib meninggal dunia, tanggung jawab ini (siqoyah dan rifadah) diteruskan kepada Abdul Muttholib (syaibah) bin Hasyim. (Lihat ar-Rohiiq al-Makhthuum 40-41).
š Abdul Muttholib adalah kakek Nabi shallallÄhu āalayhi wa sallam. Setelah āAbdul Muttholib meninggal dunia, tugasnya pun diserahkan kepada anaknya, yaitu Al-āAbbas bin āAbdil Muththalib (paman Nabi shallallÄhu āalayhi wa sallam).
š Sumber: Firanda.com
š Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja
ā Sumber: mulia dengan sunnah
Editor & Repost by:
Grup Kajian Islam Ilmiah,
"THE GHUROBA"
Berbagi faedah ilmu syar'i, info kajian Nusantara & Manca Negara.
š¹ video dan audio streaming,
---------------------------------
https://www.instagram.com/the.ghuroba/
-------------------------
https://m.facebook.com/PalembangMengaji/
-----------------------
https://m.youtube.com/channel/UCW-4tOwjHOgmxY0PGfqktRQ
----------------------āāāā
Silahkan disebarluaskan tanpa merubah isinya...semoga menjadi ladang amal jariyah bagi kita, barakallahu fiikum.
-------------------------
#payoongaji
#dakwahtauhid
#theghuroba
#berbagiilmusyar'i
#berilmubaruberamal
Comments