kumpulan posting tentang Dewan Revolusi Islam...

kutipan dari tempo tentang Dewan Revolusi Islam (DRI)


Jika Ada Kudeta, Pemerintah Hadapi dengan Kekuatan Militer

TEMPO Interaktif, Jakarta - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku belum pernah mendengar adanya rencana sejumlah purnawirawan jenderal TNI, yang ingin menggulingkan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan menggunakan kelompok Islam garis keras. Menurut dia, rencana itu tidak boleh ada.

"Tidak pernah kita (pemerintah) mendengar rencana itu. Tidak pernah ada laporan yang masuk ke kita soal adanya kudeta," kata Purnomo di sela acara Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) di Jakarta Convention Center, Rabu 23 Maret 2011.

Namun demikian, pemerintah akan terus memantau perkembangan di lapangan. Yakni dengan menggunakan perangkat keamanan untuk memerinci kebenaran informasi tersebut. Purnomo juga memastikan pemerintah akan menghadapi rencana itu dengan kekuatan militer. "Kalau ada (kudeta) akan kita hadapi," ujarnya.

Sebelumnya, Kantor Berita Al Jazeera menulis laporan adanya sejumlah purnawirawan jenderal bintang tiga di Indonesia, berada di balik gerakan anti-Ahmadiyah serta kekerasan terhadap jemaatnya. Para jenderal itu diam-diam mendukung organisasi itu karena memiliki tujuan sama yakni menjatuhkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari kekuasaannya.
“Dia (datang) ngasih support saja,” kata Pimpinan Gerakan Reformasi Islam, Garis, Chep Hernawan seperti dikutip dari laporan investigasi Al Jazeera, Selasa (22/3) kemarin. “Dia mengatakan jihad tetap harus jalan terus. Kita tidak boleh mundur sampai pembohong itu jatuh."

Menurut pengakuan Chep, para purnawirawan jenderal mendekatinya akhir Januari, atau sekitar sebulan sebelum kekerasan terhadap jemaat Ahmadiyah di Cikeusik terjadi. Sang Jenderal muak dengan kebohongan pemerintahan Yudhoyono. “Para bintang tiga ini (bertanya) apa yang diangkat untuk menumbangkan Susilo Bambang Yudhoyono. Isunya apa? Kasus Century tidak mampu… Barangkali isu Ahmadiyah.”

Dari pengakuan itu, jurnalis Al Jazeera Step Vassen menyebut, sang Jenderal pun mendukung gerakan organisasi Islam. Sang Jenderal menganggap Yudhoyono terlalu lemah dan terlalu reformis.

Purnomo menilai pemberitaan akan adanya kudeta yang dimotori sejumlah pensiunan jenderal itu tidak benar. Karena itu, pemerintah belum akan mengambil tindakan. Ia menuding informasi itu menyesatkan seperti halnya informasi dari WikiLeaks soal Presiden Yudhoyono yang menyalahgunakan kekuasaan. Soal berita Al Jazeera ini, menurut Purnomo, pemerintah akan melakukan klarifikasi.

Karena, hingga kini pihaknya belum mendapatkan informasi soal adanya rencana kudeta tersebut. "Kita punya data, punya informasi," katanya. Informasi itu berasal dari Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan, Badan Intelijen Negara, serta Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. "Ada mata dan telinga kita. Sementara ini tidak ada yang mengarah ke situ (kudeta)."

EKO ARI WIBOWO | PURWANTO
Sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/po...322252,id.html

===========================================########==================================

Dana Miliaran Disiapkan untuk Gulingkan SBY


TEMPO Interaktif, Jakarta - Pimpinan Gerakan Reformasi Islam, Chep Hernawan mengatakan telah menyiapkan dana hingga miliaran rupiah untuk aksi demonstrasi besar-besaran menurunkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Dana itu kita siapkan dari infak seluruh umat Islam,"ujar Chep melalui sambungan telpon, Rabu 23 Maret 2011.
Berita terkait

Infak tersebut, kata Chep, diperoleh antara lain melalui penggalangan dana yang menurutnya masih berlangsung hingga saat ini. "Upaya kita lakukan hingga memakai boks-boks di jalan," ujarnya.

Meskipun menggunakan upaya penggalangan dana dengan cara itu, Chep optimis dapat menjaring dana yang besar. Ia mengaku hingga saat ini belum memperoleh dana dari organisasi " Kita tidak terima bantuan dari luar negeri," tandasnya.

Chep menambahkan, penggalangan dana juga dibantu oleh Forum Umat Islam. Garis katanya, masuk ke dalam jaringan FUI sehingga wajar jika FUI memberikan bantuan.

Chep melanjutkan, rencana itu dipicu oleh ketidakbecusan SBY dalam mengurus pemerintahan. Berbagai permasalahan seperti kasus Bank Century, kriminalisasi pimpinan KPK Bibit-Chandra, kemiskinan dan korupsi yang belum terselesaikan menjadi pendorongnya.

"Sekarang ada isu Ahmadiyah yang ternyata direspon semua umat, itu bisa untuk gulingkan SBY,"kata Chep.

Apabila SBY bersikap tegas dengan membubarkan Ahmadiyah,lanjut Chep, akan menjadi lain cerita. Garis, katanya lagi, "Siap mengawal SBY terus kalau membubarkan Ahmadiyah,tapi kalau tidak dia harus turun."tandasnya.


RIRIN AGUSTIA

sudah jelas mau MAKAR harus nya langsung Tangkap aja pak daripada mengganggu stabilitas nasional . memperburuk ke adaan dan membuat cemas masyarakat indonesia
jangan sampe ada KRISIS yang lebih hebat lagi ... yang RUGI MASYARAKAT KECIL


PEMERINTAH HARUS TEGAS DAN PUNYA BERWIBAWA

=====================+++++++=========================
Setelah Wikileaks Bongkar Borok SBY, Giliran Al Jazeera Beritakan Kudeta Para Jenderal

Wednesday, March 23, 2011, 19:50
Selasa malam (22/3/2011), Al Jazeera, salah satu televisi berita yang berbasis di Qatar, telah menyiarkan laporan hasil investigasi berjudul ‘Plot to Topple Indonesian President Uncovered’ atau ‘Plot untuk Menggulingkan Presiden Indonesia Terbongkar’. Dalam laporannya, Al Jazeera mengungkapkan sejumlah jenderal purnawirawan secara rahasia mendukung kelompok-kelompok Islam garis keras untuk menumbangkan kekuasaan Presiden Yudhoyono.

USAHA kudeta itu juga, salah satunya melalui sokongan terhadap front Islam yang sudah bergerak dengan mengorganisir penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten. Al Jazeera menduga penyerangan tersebut dilakukan secara sistematis.

Dalam laporannya, koresponden Al Jazeera, Step Vassen mengungkapkan para jenderal itu menggunakan kelompok-kelompok Islam garis keras untuk menggulingkan Presiden Yudhoyono. “Mereka (kelompok jenderal purnawirawan) menganggap SBY terlalu lemah dan terlalu reformis,” ungkap Step Vassen dalam rekaman yang ditayangkan Selasa malam (22/3/2011).

Al Jazeera juga menayangkan hasil wawancaranya dengan beberapa sumber, salah satunya H Chep Hernawa, sebagai Ketua Umum Gerakan Reformis Islam (GARIS).

“Para pensiunan jenderal sudah muak dengan berbagai kebohongan presiden. Semula mereka berupaya menggunakan isu-isu lokal seperti korupsi, tapi gagal. Kini mereka menggunakan isu Ahmadiyah, dan berhasil,” kata dia. “Para jenderal itu mengatakan Ahmadiyah harus dilarang, atau bakal ada revolusi.”

Chep juga mengaku, Januari lalu telah didekati oleh seorang jenderal purnawairawan berbintang tiga. “Dia kasih semangat, pokoknya jalan terus. Ini namanya jihad. Jangan mundur, sehingga si pembohong itu bisa ditumbangkan,” ungkap Chep.

Dalam tayangannya itu pun, Al Jazeera mewawancarai mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI (purn.) Tyasno Sudarto. Dalam wawancaranya itu,Tyasno yang dikenal kritis terhadap pemerintahan SBY menyatakan dukungannya terhadap gerakan Islam radikal untuk menggulingkan SBY melalui “revolusi”.

“Kami bekerja sama. Angle-nya atau jalan masuknya berbeda. Mereka berjuang atas nama Islam, kami menggunakan politik. Tapi kami punya tujuan yang sama, yaitu perubahan. Kami ingin menyelamatkan negara ini, bukan meruntuhkannya. Revolusi harus berjalan damai, bukan dengan pertumpahan darah,” demikian Tyasno di tayangan Al Jazeera tersebut.

Al Khaththath, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) juga diwawancarai Al Jazeera. Dia menyatakan telah bertemu dengan jenderal purnawirawan yang ingin menggulingkan SBY. “Saya tidak mau bicara apa-apa lagi,” kata Al Khaththath.

Di dalam tayangan Al Jazeera, terpampang daftar “Dewan Revolusi Islam”. Dalam daftar Dewan Revolusi Islam itu, terlihat jelas dipimpin oleh Abu Bakar Ba’asyir. Sedangkan Tyasno Sudarto diplot sebagai sebagai Mentero Koordinator Politik dan Keamanan.
http://monitorindonesia.com/2011/03/...para-jenderal/


Kudeta Para Jenderal, Ulah SBY Sendiri

Selasa malam (22/3/2011), Al Jazeera, salah satu televisi berita yang berbasis di Qatar, telah menyiarkan laporan hasil investigasi berjudul ‘Plot to Topple Indonesian President Uncovered’ atau ‘Plot untuk Menggulingkan Presiden Indonesia Terbongkar’. Dalam laporannya, Al Jazeera mengungkapkan sejumlah jenderal purnawirawan secara rahasia mendukung kelompok-kelompok Islam garis keras untuk menumbangkan kekuasaan Presiden Yudhoyono.

BAGAIMANA pendapat kelompok Islam garis keras yang selama ini bergerak secara under grown, seperti Barisan Pemuda Salafunashalihin Ahlussunnah Wal Jama’ah (Barda Salama) pimpinan Habib Soleh bin Muhammad Al Haddar?

Kepada Monitor Indonesia, Habib Sholeh mengungkapkan jika rencana kudeta itu benar, maka hal yang wajar terjadi. Sebab, ketidakpuasan para purnawirawan jenderal itu bersumber dari sikap SBY sendiri yang terlalu lamban, ‘kayak keong’, dalam setiap melahirkan sikap dan kebijakan. “Silahkan Anda perhatikan, mulai dari kebijakan ekonomi, politik, sosial, agama, dan kebijakan politik luar negeri. Semuanya lamban. Ini mencirikan SBY sebagai presiden yang disetir. Dia baru mengeluarkan sikapnya setelah berkonsultasi dengan ‘majikannya’,” ungkap Habib Sholeh, Rabu (23/3/2011).

Ketika ditanya siapa yang dimaksud majikannya SBY itu? Habib Sholeh mengatakan walaupun tanpa menyebutkan secara gamblang, semua publik Indonesia sudah mengetahui. “Semua masyarakat Indonesia, bahkan di planet bumi ini sudah tahu, SBY itu bonekanya siapa?” ujarnya.

Makanya, Habib Sholeh juga menganggap rencana kudeta itu menjadi wajar ketika SBY tidak bisa memberikan rasa puas terhadap warganya. Bahkan, lanjutnya, yang merasa tidak puas dengan pemerintahan SBY-Boediono itu bukan hanya para jenderal purnawirawan, tapi hampir seluruh elemen bangsa ini. Buktinya, kata Habib Sholeh, para tokoh lintas agama sudah menyatakan dengan gamblang bahwa SBY berbohong.

Penilaian para tokoh lintas agama itu sebenarnya merupakan benih dari revolusi yang kini mulai terkuak. Namun, para tokoh lintas agama itu lebih mengedepankan cara yang lebih soft, berbeda dengan elemen bangsa lain yang memilih dengan cara hard.

Lebih lanjut Habib Sholeh mengingatkan yang terpenting sebenarnya bukan pada cara (revolusi), tapi adanya perubahan yang mendasar. “Soal revolusi itu kan salah satu cara melakukan perubahan. Kan banyak cara yang lebih baik dan soft. Namun, jika cara soft itu tidak mempan, maka patut diakui bahwa revolusi menjadi pilihan terakhir. Itu pun harus dilakukan tanpa berdarah-darah. Tidak ada salahnya, kita meniru gerakan Ghandi di India,” ujarnya.

Perubahan itu, lanjut Habib Sholeh, mutlak diperlukan, terutama paska era reformasi yang jelas-jelas gagal alias kebablasan. Seharusnya, reformasi itu menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik dibanding era Orde Baru (era Soeharto). Tapi justru sebaliknya, era reformasi ini justru lebih buruk dari era Orba. “Banyak buktinya, korupsi lebih merajalela, dari tingkat menteri sampai office boy, aparat hukum dari polisi, jaksa, sampai pengacara lebih berani menjual hukum, hakim lebih memihak kepada yang punya uang, dan lain-lain. Ini bukti yang tidak bisa dibantah,” ungkapnya.

Kondisi seperti itu, lanjut Habib Sholeh, memang sengaja diciptakan dalam situasi masa transisi yang terus berlanjut sampai sekarang. “Anda tahu siapa yang menciptakan ini? Ya itu, majikannya SBY. Siapa lagi kalau bukan Amerika dan antek-anteknya?” ujar dia.

Menurut Habib Sholeh, tujuan dari diciptakannya situasi seperti itu adalah untuk melegitimasi tindakan Amerika mengeruk kekayaan Bangsa Indonesia, terutama minyak bumi, gas, dan emas. Terbukti, setelah reformasi berlanjut ke era mapan, beberapa perusahaan Amerika Serikat langsung melakukan kontrak kerja dengan pemerintah Indonesia, untuk menggali minyak, gas, dan emas. “Lihat kontrak kerja Freeport, malah diperpanjang, padahal sudah didesak oleh masyarakat agar kontrak kerja Freeport ditinjau ulang, karena merugikan negara,” ungkapnya.

Begitu juga dengan dua perusahaan raksasa minyak asal Amerika Serikat, Exxon Mobil dan Conoco yang menggarap minyak mentah di Sulawesi Barat (Sulbar). Satu perusahaan lainnya asal AS, Marato, juga menggarap minyak di Mamuju Utara (Mamut).

Mobil Oil menggarap ladang gas di Arun, sebuah desa kecil di Lhokseumawe, pada 1970. Bisa dikatakan, Aceh merupakan ladang uang bagi perusahaan-perusahaan minyak dan gas dari Amerika Serikat. “Masih banyak lagi ladang minyak dan gas Indonesia yang menjadi sumber kekayaan Amerika Serikat. Inilah sebenarnya yang ingin diamankan oleh Amerika Serikat, sehingga menempatkan SBY sebagai kepala negara di Indonesia,” tandasnya.

Karena itulah, bukan hal yang aneh jika sebagian masyarakat Indonesia yang punya keberanian melakukan revolusi telah merencanakan hal itu. “Tapi, kalau revolusi itu kembali ditunggangi Amerika Serikat, seperti yang terjadi di Libya, sama saja bohong,” katanya mengakhiri pembicaraan.
http://monitorindonesia.com/2011/03/...h-sby-sendiri/

Comments

Popular posts from this blog

Future Tense, Future Continuous Tense, Future Perfect Tense, And Future Perfect Continuous Tense (Versi Indonesia)