PEDOMAN MENGORGANISIR UNTUK MAHASISWA : Bukan Saatnya Bersandar Pada Momentum

Proses kejatuhan Soeharto adalah saat-saat revolusioner dalam sejarah gerakan mahasiswa Indonesia. Aksi-aksi mahasiwa dibeberapa tempat sampai bisa menguasai Instansi-instansi pemerintah. Hampir di semua kota yang terdapat universitas seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogya, Surabaya, Makassar dll. Bahkan sejak tanggal 19-21 Mei, ribuan mahasiswa di Jakarta sudah menguasai Gedung DPR/MPR. Dalam kurun waktu ini juga bermunculan beratus-ratus komite mahasiswa yang tersebar di berbagai kota. Komite-komite ini mampu menggerakan ribuan mahasiswa untuk terlibat dalam aksi-aksi menuntut perubahan.

Namun setelah berhasil “melengserkan” Soeharto, secara kualitas dan kuantitas gerakan mahasiswa menurun, Gerakan kembali bangkit mendekati Sidang Istimewa MPR, pertengahan Nopember. Pada tanggal 13-14 Nopember 1998 aksi-aksi besar-besaran terjadi di Jakarta, sekitar satu juta mahasiswa dan rakyat berkumpul didepan kampus Universitas Admajaya, Jakarta, yang akan melakukan relly ke gedung DPR/MPR kembali. Sampai kemudian meletuslah insiden Semanggi.

Kemudian sejak Nopember 1998 sampai Juli 1999 praktis gerakan mahasiswa mati. Bahkan momentum pemilu dilewatkan dengan “manis” oleh gerakan mahasiswa. Memasuki akhir Juli, tepatnya ketika peringatan 27 Juli gerakan mahasiswa mulai bangkit kembali. Di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Bandung, Tasik, Purwokerto melakukan aksi, dan di beberapa daerah bisa membangun front yang luas. Aksi besar kemabli muncul ketika peringatan 17 Agustus, aksi-aksi kembali terjadi diberbagai kota.

Pasang surut gerakan mahasiswa, yang termanifestasi dalam aksi-aksi yang dilakukan terlihat sekali bahwa hampir setiap organasisasi perlawanan mahasiswa di berbagai kota, selama ini sangat bergantung pada momentum yang ada. Setiap ada momentum biasanya gerakan akan membesar, namun ketika tidak ada momentum maka gerakan akan kembali mengecil. Momentum memang sangat membantu dalam memobilisir perlawanan mahasiswa. Namun ketergantungan terhadap momentum yang ada hanya akan membuat gerakan menjadi statis dan mandeg. Hal ini tentu akan menghambat tercapainya perjuangan dalam gerakan mahasiswa.

Kemandegan ini disebabkan adalah kesalahan cara pandang gerakan dalam menempatkan prioritas kerja organisasi. Roda gerak sebuah organisasi haruslah meletakkan prioritas utamanya pada pembangunan basis, Seluruh aktifitas baik aktifitas sekretariat dan aktifitas panggung lainnya (diskusi besar/kecil dan bahkan aksi-aksi massa yang dilakukan) harus juga dimaknai sebagai pembangunan basis. Apabila pembangunan basis tidak dilakukan maka organisasi mudah sekali menjadi elitis, jauh dari massa dan jelas akan mudah mengalami kemandekan. Pembangunan basis adalah perwujudan konkret dari kepemimpinan dalam suatu wilayah kampus.

Suatu wilayah basis berdiri pada saat kehadiran kita di suatu kampus memegang peranan yang menentukan dalam menetapkan arah dan tujuan kedepan. Konkretnya bahwa organisasi-organisasi atau aliansi-aliansi berupa komite, solidaritas ataupun kelompok studi yang kita dirikan maupun organisasi-organisasi formal kampus seperti Senat, BEM, Pers Mahasiswa, UKM ada di bawah kepemimpinan langsung kita. Kepemimpinan langsung dijamin melalui kelompok inti kita yang memegang dan memiliki posisi berpengaruh dalam tubuh organisasi-organisasi yang ada.

Proses mengorganisir sesungguhnya membuat orang/kelompok yang kita organisir dapat memahami keadaan diri mereka sendiri. Memahami bahwa mereka memilki hak dan kekuatan untuk menentukan massa depan mereka, melalui keterlibatan dan keikutsertaan mereka secara aktif dalam berorganisasi. Karena hanya melalui proses berorganisasilah seseorang bisa mencapai persatuan dan menyatakan pengaruhnya kepada lingkungan sosial mereka

Langkah-Langkah dalam Mengorganisir
1. Investigasi Sosial
Sebelum melakukan investigasi sosial terhadap satu kampus, kita harus terlebih dulu menentukan prioritas kampus dalam satu wilayah berdasarkan geo-politik untuk di organisir. Dalam jumlah tenga yang masih sedikit tentu tidak semua kampus akan kita garap, terutama pada kota-kota yang memiliki banyak universitas.

Setelah menentukan prioritas kampus maka langkah kita selanjutnya untuk membangun basis dalam satu kampus adalah mnelakukan investigasi terhadap kondisi ekonomi-politik kampus:

a. Ciri Umum Mahasiswa
Informasi paling penting yang harus betul-betul dipahami oleh para organiser adalah asal-usul kelas dan latar belakang ekonomi para mahasiswa. Analisis demikian kurang lebih bakal memungkinkan kita para organiser, memeriksa secara umum kepentingan-kepentingan dan sikap-sikap sosial mereka. Misalnya para mahasiswa yang berasal dari kelas “atas” pada umumnya lebih sulit untuk menyerap issu-issu sosial dibanding mereka yang bersal dari kalangan klas menengah dan klas bawah yang secara mudah bisa dan biasa merasakan kesulitan ekonomi.
Analisis berikutnya, yang harus diselidiki oleh para organiser adalah tingkat “melek-politik” para mahasiswa. Tingkat kesadaran politik dari mereka yang berada biasanya lebih rendah atau kurang, terlibat dalam persoalan-persoalan sosial yang tidak secara langsung mereka merasakannya dan tidak secara langsung menerima dampaknya. Di pihak lain, mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin pada umumnya lebih gampang menyerap persoalan-persoalan rakyat yang menderi8ta.
Sekalipun demikian, hal ini tentu saja tidak berarti harus kaku, bahwa mahasiswa-mahasiswa kaya tidak akan pernah terlibat dalam aksi-aksi politik, atau sebaliknya, mahasiswa-mahasiswa miskin dapat juga bersikap apatis atau bahkan memusuhi aksi-aksi politik.
Kemudian para organiser juga harus sadar dan awas terhadap bermacam-macam organisasi yang sudah ada. Keanggotaannya, pengaruhnya, fungsinya dan orientasiny. Hal ini akan memberikan jalan bagi organiser bagaimana kita akan berhubungan dan bergaul dengan mereka. Hal ini penting karena hanya dengan mengetahui kekuatan organisasi tersebut kita akan dapat menentukan garis politik kita terhadap mereka
b. Pejabat-Pejabat Universitas dan Fakultas
Soal lain yang penting yang harus dipertimbangkan oleh para organiser adalah pejabat Universitas atau Fakultas. Seorang organiser harus bisa menilainya dalam kerangka mencapai tujuan, keinginan dan orientasi yang dicita-citakan oleh organisasi kita.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan diantara mereka (para pejabat tersebut), tokoh-tokoh kunci yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan universitas atau Fakultas. Status ekonominya harus didapatkan sehingga kita akan memperoleh ide dan penilaian mengenai pandangan maupun sikap politik mereka.
Persepsi dan analisis kita terhadap para pejabat akan kita masukan kedalam klasifikasi yang sudah kita buat sesuai dengan tujuan dan orientasi organisasi kita, yakni : (a) terbuka, (b) Represif atau menindas (c) Simpati, (d) Terang-terangan mendukung. Apabila mungkin kita perlu juga harus mengamati pengalaman-pengalaman organisasi lain yang berhadapan dengan para pejabat ini.
c. Mengenai Issu
Pemahaman yang tajam dan jelas terhadap persoalan-persoalan yang dewasa ini dihadapi oleh kalangan mahasiswa merupakan faktor kunci untuk keberhasilan mengorganisir. Dalam konteks kampus atau Universitas, persoalan-persoalan yang ada dapat digolongkan kedalam dua bentuk pokok, yaitu issu lokal dan issu nasional. Issu lokal adalah issu-issu yang berdampak langsung pada mahasiswa. Contohnya, kenaikan uang kuliah, fasilitas kuliah yang bobrok dan lain sebagainya. Sedangkan issu nasional adalah issu-issu jangka panjang dan belum menjadi perhatian yang mendesak bagi para mahasiswa.
Walaupun demikian, tidak ada pemisahan yang tegas antara dua jenis issu tersebut. Tambahan lagi, tidaklah mutlak issu-issu lokal atau kampus memperoleh perhatian penuh dari kalangan mahasiswa. Tergantung pada kondisi, issu-issu nasional bisa dipilih sebagai persoalan yang dipropagandakan.
Hal yang amat pokok dan penting bagi organiser adalah menemukan atau menunjukan issu-issu yang memang secara signifikan penting buat mahasiswa. Secara akurat tepat harus dirumuskan apa yang menjadi “issu hari ini” dan yang kemudian akan menjadi jalan dalam usaha mengorganisir. Dengan mengetahui dan menguasai jalan keluar persoalan tersebut (issu-issu tersebut), maka seorang organiser akan mudah memenangkan simpati dan dukungan dari mahasiswa-mahasiswa yang antusias

2. Mencari Kontak (Building Contact)
Langkah berikutnya adalah membangun kontak dengan orang-orang yang terpercaya dan bertanggungjawab yang akan membantu kita dalam proses rekruitmen. Orang-orang yang paling bisa didekati adalah teman-teman sendiri atau teman-teman satu kelas, satu angkatan atau satu jurusan. Kontak-kontak lain yang mungkin dan berharap adalah perorangan-perorangan yang secara akademis intelektual terkenal. Mereka ini orang-orang yang mempunyai kredibilitas dan mudah mempengaruhi orang lain. Orang-orang semacam ini biasanya menduduki posisi strategis dalak unit-unit kegiatan mahasiswa, seperi pers mahasiswa, senat, teater dll. Keterlibatan orang-orang semacam ini dapat memberikan kemudahan dalam mendapatkan kontak-kontak baru.
Para Pengurus dan anggota yang berpengaruh dalam organisasi yang sudah ada juga merupakan kontak yang baik. Posisi mereka akan memungkinkannya dapat menyentuh massa mahasiswa dalam skala lebih luas.

Setelah memilih beberapa kontak yang mungkin, haruslah ada serangkaian konsultasi dengan mereka. Konsultasi ini membahas kebutuhan membentuk organisasi, memperjelas pertanyaan-pertanyaan mereka dan tingkat janji serta tanggung jawab (komitmen) mereka dalam tugas organisasi. Lebih jauh para organiser harus terus melakukan evaluasi terhadap kontak-kontaknya, antara lain mencatat sikap-sikap, kepentingan-kepentingan dan juga persoalan-persoalan mereka.

Setelah memperoleh persetujuan mereka, kita harus membagi rencana-rencana kita secara rinci. Kita harus mendengarkan saran-saran dan komentar-komentar serta harus mendiskusikan bersama mereka apa yang akan menjadi gaya kita dalam tata cara rekruitmen yang efektif.


Pembangunan Wadah

a. Dimulai dengan Kelompok Diskusi
Kelompok Diskusi (KD) merupakan wadah bagi mahasiswa untuk secara rutin dan sistematis mengenal dan mempelajari teori-teori maju, situasi nasional, sejarah, organisasi dan banyak lagi. Organisasi juga akan dapat melihat dan memilih mahasiswa yang maju, kemudian melakukan rekruitmen anggota. Dalam situasi yang memungkinkan propaganda dilakukan lebih leluasa, sekaligus masih kuatnya kesadaran perlawanan (sisa beruntunnya momentum lalu), akan mempermudah pembentukkan sebuah KD. Semua kampus menjadi target terbentuknya KD, hingga ke fakultas dst. Tidak lagi ada penghalang bagi terbentuknya KD dan aktifitas diskusi apapun. Kepemimpinan kita atas KD-KD itulah yang menjamin bahwa semuanya tidak akan sekedar menjadi kelompok elitis dan sekedar tukang bicara. Sehingga sekaranglah saatnya setiap organisasi mahasiswa menerjunkan organisernya demi mendirikan KD.

Pengorganisiran dengan membentuk KD, dengan prespektif penguasaan kampus ini bisa dibagi dalam dua (2) macam KD, yaitu KD Universitas dan KD Fakultas. Keduanya jangan dipahami hanya sebatas pembedaan teritori.
1. KD Universitas (KDU) mempunyai fungsi:
- Melakukan pengorganisiran terbuka di tingkat universitas
- Mobilisasi mahasiswa satu kampus untuk terlibat diskusi. Sehingga setiap diskusinya harus dioranisir dengan pengumuman dan undangan semaksimal seluruh mahasiswa tahu dan tertarik.
- Menjadi alat guna membuka kontak di fakultas yang belum ada kelompok diskusi fakultas (KDF)
- Bukan sebagai embrio organisasi tingkat kampus, tapi lebih sebagai jalan bagi pelibatan sebanyak mungkin mahasiswa untuk berkumpul dan berdiskusi. Terutama mahasiswa yang belum terwadahi dalam KDF.
- Melakukan seruan-seruan bagi setiap mahasiswa untuk mendirikan KDF di fakultasnya masing-masing.
- Menjadi alat bagi kawan yang ditempatkan di KDU untuk mencari mahasiswa maju demi rekruitmen organisasi. Dan bersama organiser kita, kawan maju baru ini akan terlibat dalam mendirikan KDF.
- Berperan penting untuk menjaga aktifitas ditingkat universitas. Terutama ketika KDF belum terbentuk atau belum kuat (sebagai wadah mahasiswa fakultas)

2. KD fakultas (KDF) mempunyai fungsi:
- Menjadi embrio bagi komisariat fakultas organ universitas kita
- Mematangkan mahasiswa fakultas yang telah berhasil termobilisasi dalam KDU dengan diskusi dan aktifitas politik lainnya.
- Mengkoordinasi secara serius kawan baru yang maju untuk kemudian diprespektifkan sebagai pengurus kom-fak. Dengan membentuk kelompok kawan maju, dan kemudian secara bersama merencanakan pendinamisan diskusi dan politisasi mahasiswa fakultas yang belum maju. Secara kontinyu demikianlah KDF berjalan.
- Mensetting penguasaan fakultas dari mulai struktur lembaga mahasiswa yang ada sekarang (senat, eksekutif, persma) hingga memenangkan propaganda di fakultas (mis.: selebaran tempal yang rutin). Sehingga pada keseluruhan mahasiswa harus diambil kepemimpinan (jurusan, angkatan, kelompok olah raga/seni/agama).


Aktifitas KD tentunya membutuhkan pemahaman masing-masing organiser atas apa yang harus dilakukan dan didiskusikan, tentang bagaimana kepemimpinan bisa diwujudkan difakulktas. Tentang metode pengorganisiran, banyak bacaan yang bisa kita pelajari dan diskusikan antar organiser (jika perlu pendidikan khusus demi: Penguasaan Kampus). Tentang persiapanan materi diskusi, harus dipahami sebagai kerja yang penting. Sehingga dibutuhkan suatu silabus materi diskusi, yang menjamin sistematisasi dan pemajuan KD (terutama KDF). Setidaknya sebuah silabus materi diskusi, menyodorkan beberapa tema dan acuan materi, yang akan disampaikan organiser (fraksi kita) sebagai usulan pada KD-nya. Sekaligus memuat sistematisasi materi berdasar tahapan diskusi menuju tahap yang semakin maju. Jangan lupakan juga alat politik kita yang penting untuk pengorganisiran: terbitan, selebaran (entah apapun bentuknya)

b. Membentuk Organisasi Mahasiswa Tingkat Kampus
KD terjaga kemajuannya, pasti akan menemukan kebutuhan untuk membentuk organ yang lebih maju dibanding KD. Maknanya adalah bagaimana KD mampu memimpin pada sebuah tuntutan untuk mempraktekkan hasil diskusi, dalam arti lebih dalam adalah sampai pada sebuah kesadaran untuk mewujudkan gerak perlawanan mahasiswa.

Sejak sebelum pembentukan kelompok diskusi, konsep organisasi yang hendak dibangun di universitas, harus sudah dipahami. Sehingga tidak akan ada kelompok diskusi yang akhirnya tidak menjadi bagian dari organ kita. Rapat organisasi (yang sekarang ada) nantinya akan selalu membahas perkembangan setiap KD yang terbentuk, sehingga mampu dipahami sejauh mana langkahnya menuju pembentukkan organ yang lebih tinggi.

Sebagai permulaan, kita dapat membentuk sebuah kelompok inti, (core group). Pada umumnya, lingkaran inti terdiri dari 5 sampai 7 orang. Lingkaran ini akan menjadi kelompok pekerja yang mesti bertanggungjawab terhadap ekspansi organisasi.
Setelah kelompok dibentuk, pertemuan-pertemuan tetap harus diadakan. Lewat pertemuan-pertemuan ini semua anggota lingkaran inti akan siap informasi (well informed) akan perkembangan-perkembangan baru. Serentak bersama pembentukan lingkaran inti, organiser harus mewakilkan tanggungjawabnya pada orang lain. Untuk tugas-tugas sementara, orang-orang yang ada dalam lingkaran inti bakal melaksanakan tugas seperti berikut : Keuangan, rekruitmen, pendidikan, tugas-tugas penghubung dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, organiser harus tetap memperhatikan posisinya sebagai penasehat.

Langkah kelompok inti yang berikutnya haruslah bertujuan dan merupakan pengukuhan formal organisasi. Akan tetapi “core group” harus pertama kali mempersiapkan segala macam dokumen-dokumen organisasi yang dibutuhkan. Hal ini mencakup orientasi, tujuan, dan konstitusi lengkap organisasi. Semua berkas-berkas ini harus didiskusikan secara kolektif dan menyeluruh oleh kelompok. Semua saran dan komentar dari tiap anggota harus dipertimbangkan.

Langkah selanjutnya adalah proyeksi organisasi pada khalayak mahasiswa. Proyeksi organisasi akan berbentuk sebagai berikut : Poster-poster yang akan mengumumkan berdirinya organisasi, poster-poster yang akan memperdebatkan organisasi, poster-poster yang akan mengundang anggota baru. Hasil dari proyeksi kita ini haruslah menjadi ekspansi organisasi. Dimulai dari kelompok inti kita harus bisa memperluas keanggotaan. Melengkapi tugas-tugas ekpansi adalah kerja konsolidasi. Konsolidasi berarti memperdalam para anggota memahami tujuan dan arah organisasi. Melalui proses orang-orang akan membangun komitmen yang lebih dalam terhadap tujuan-tujuan organisasi.

Jumlah anggota yang bisa disyaratkan untuk bisa disebut dan dibentuk cabang organisasi adalah 15 orang. Jadi tugas “core group” lah untuk memenuhi jumlah tersebut. Sesudah mendapatkan jumlah tersebut, kemudian kita akan siap untuk mengadakan rapat umum (general assembly) untuk secara formal mengukuhkan organisasi. Dalam rapat ini kita akan memiliki pengurus yang akan bekerja sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh konstitusi. Lebih jauh lagi pertemuan besar ini adalah kesempatan untuk mengelompokan para anggota kedalam berbagai komisi atau seksi yang ada. Antara lain pendidikan dan penelitian, pengorganisiran. keuangan, keanggotaan dan sebagainya tergantung pada kepentingannya dan kesanggupannya.

Sesudah pendirian formal, pertemuan-pertemuan berbagai departemen atau seksi dan tingkat-tingkat berbagai organisasi harus diadakan secara tetap. Pertemuan tersebut menangani persoalan-persoalan organisasi yang muncul selama organisasi berjalan. Agenda pertemuan tersebut meliputi, rencana-rencana, perkembangan-perkembangan baru dan sebagainya. Pertemuan-pertemuan mengecek dan menguji bentuk organisasi supaya berfungsi lebih baik.

Proses mengorganisir tidak berhenti. Pada tahap pendirian organisasi secara formal. Untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi, organisasi beserta seluruh perangkatnya harus mengintensifkan kerja pengorganisiran kembali dan konsolidasinya.

Lancarkan Kerja Propaganda dan Pendidikan
Untuk mebangkitkan kesadaran massa secara meluas dan menggerakan untuk melakukan aksi, kita harus melancarkan kerja Pendidikan dan Propaganda. Kerja Pendidikan dan Propaganda dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, diantaranya :
1. Bahan-bahan propaganda tertulis seperti : statemen, pres release, pamflet, selebaran, poster dll.
2. Aktivitas propaganda pendidikan melalui oral/lisan seperti : seminar, simposium, ceramah, wawancara, workshop dll.
3. Bahan-bahan aktivitas propaganda audio visual seperti teater, drama kebudayaan, pertunjukan film dan video, poster, sticker dll.

Sasaran tempat bagi kerja propaganda pendidikan adalah ruangan kelas, kampus secara umum, organisasi-organisasi mahasiswa, kampung-kampung mahasiswa, asrama mahasiswa dan masih banyak lagi lainnya.

Untuk membantu kerja keras kita menjalankan propaganda-pendidikan, kita dapat memanfaatkan dan menggunakan program-program dan lembaga legal formal kampus yang kaya akan dana, data dan juga jaringan.
Propaganda-pendidikan yang paling murah adalah dalam bentuk selebaran. Maka selebaran ini harus rutin dalam satu kampus tertentu atau dalam satu kota untuk menerbitkannya. Isu yang diambil bisa dari mulai problem Fakultas sampai isu-isu politik nasional. Dan output dari selebaran, untuk menguji respon massa terhadap propaganda-pendidikan kita adalah partisipasi mereka dalam aksi-aksi kita.

Aksi massa
Aksi massa dilakukan untuk mengukur keberhasilan kerja-kerja pengorganisiran, pendidikan dan propaganda kita. Aksi massa harus merupakan aksi politik yang terencana, terorganisir baik dan terkonsolidasikan untuk mempopulerkan isu-isu strategis. Seperti : Cabut Dwi Fungsi ABRI, Pemerintahan Transisi koalisi demokratik, Imperialisme, dll. Banyaknya massa aksi dalam organisasi kita menunjukan keberhasilan kita memobilisir massa untuk mendukung aksi-aksi kita, meskipun tanpa momentum sekalipun.

Comments

Popular posts from this blog

Future Tense, Future Continuous Tense, Future Perfect Tense, And Future Perfect Continuous Tense (Versi Indonesia)

PERDEBATAN ANTARA GOLONGAN TUA DAN MUDA MENJELANG PROKLAMASI